JILID 1 BAB 1 (SATU)
( Tanbihul Ghafilin / Nasehat bagi yang lalai )
IKHLAS
(BERSIH HATI
DARI SEGALA TUJUAN SELAIN KEREDHAAN ALLAH S.W.T.)
Al-faqih Abu Laits menuturkan dari Muhammad bin Al Fadhl bin Ahnaf,
dari Muhammad bin Ja'far, AlKarabisi, dari Ibrahim bin Yusuf, dari
Ismail bin Ja'far, dari Amr ( pelayan Al-Muththalib), dari Ashim, dari
Muhammad bin Labid, bahwa Nabi Saw. Bersabda :
"Sesuatu
yang paling aku kwatirkan atas kamu adalah syirik kecil. Para sahabat
bertanya, 'Wahai Rasulullah apakah syirik kecil itu?' Beliau bersabda,
'Riya.' Allah ta'ala akan berfirman kepada mereka pada hari pembalasan,
'Pergilah kamu kepada orang- orang yang kamu pameri sewaktu di dunia,
maka lihatlH apakah kamu dapat memperoleh kebaikan dari mereka."
Al-faqih mengatakan bahwa mereka diperlakukan seperti itu karena amal mereka sewaktu di dunia hanya tipuan belaka.
Allah berfirman :
" Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka ." (QS. An-Nis:142)
Maksudnya Allah akan membatalkan pahala amal mereka, karena
amal-amal mereka tidak ikhlas. Seseorang akan memperoleh pahala apabila
amal itu ikhlas hanya karena Allah. Apabila seseorang beramal karena
yang lain, berarti dia menyekutukan Allah, sehingga Allah lepas tangan
darinya.
Al-faqih menuturkan dari Muhammad
bin Al-Fadhl dari Muhammad bin ja'far, dari ibrahim bin Yusuf, dari
Ismail, dari Amr, dari Sa'id bin Abu Sa'id Al-Maqbari, dari Abu
Hurairah, dari Nabi Saw,bahwa beliau bersabda:
"Allah Ta'ala
berfirman, Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Aku
tidak membutuhkan amal yang didalamny terkandung persekutuan selain aku.
Barang siapa yang mengerjakan amal perbuatan yang didalamnya terkandung
persekutuan kepada selain Aku. Maka Aku lepas darinya."
Hadist diatas mengandung petunjuk bahwa Allah ta'ala tidak Kan
menerima sedikitpun amal, kecuali amal yang dikerjakan karena ikhlas
kepadaNya. Apabila amala itu tidak ikhlas, maka Ia tidak akan
menerimanya dan di akhirat tidak ada Pahala bagi orang yang
melakukannya, bahkan tempat kembalinya adalah neraka Jahanam. Dalil yang
menunjukkan hal itu adalah firman Allah :
"Barang siapa yang menghendaki kehidupan sekarang ( duniawi) maka kami segerakan baginya didunia " (QS. Al-Isra: 18)
Maksudnya,
barang siapa yang dengan amalnya. hanya mengharapkan dunia dan tidak
menginginkan pahala akhirat, maka Allah akan memberikannya didunia
sesuai dengan apa yang Ia kehendaki. Allah berhak untuk membinasakan
orang yang seperti itu dan berhak pula memberikan kesenangan dunia
kepadanya, kemudian kelak diakhirat ia akan (dimasukkan ke dalam neraka
dalam keadaan hina. Akan tetapi, barang siapa menginginkan pahala di
akhirat dan berusaha melakukan setiap amal dengan ikhals, maka amalnya
akan diterima oleh Allah.
Meskipun begitu, masing-masing
dari dua kelompok manusia itu (baik yang beramal bukan karena Allah
maupun yang beramal ikhlas karen Allah) senantiasa mendapatkan kemurahan
Allah yang tidak bisa dihalangi oleh siapa pun.
Maksudnya,
Allah tetap mengaruniakan rezeki-Nya kepada siapa saja, baik orang
mukmin maupun orang kafir, orang baik maupun orang jahat.
Al-faqih menuturkan dari Muhammad bin Al-fadhl, dari Muhammad bin
Ja-far, dari ibrahim bin Yusuf,dari Ismail, dari Amr, dari Abu Hurairah,
bahwa Nabi Saw, bersabda:
" Adakalanya orang
yang berpuasa tidak memperoleh bagian apa-apa dari puasanya itu, kecuali
lapar dan dahaga, terkadang ada orang yang mengerjakan sholat malam
tidak memperoleh apa-apa dari sholat malamnya itu, kecuali bangun malam
dan letih."
Maksudnya, apabila puasa dan
sholat malamnya itu dikerjakan bukan karena Allah, maka tidak ada pahala
baginya. Sementara orang bijak mengumpamakan, bahwa orang yang
mengerjakan ibadah karena riya (pamer kepada orang lain ) dan Sum'ah
(menginginkan popularitas) adalah seperti orang yang pergi kepasar
memenuhi kantongnya dengan kerikil, kemudian orang- orang berkata,
Betapa penuhnya kantong orang itu," namun ia sendiri tidak bisa
mengambil menfaat, kecuali hanya pujian orang. Jika ia ingin membeli
sesuatu, maka kerikil itu sama sekali tidak bisa dipergunakan sebagai
alat beli dan ia tidak mendapatkan apa-apa. Demikian pula orang yang
beramal karena riya dan sum'ah, ia tidak akan bisa mengambil menfaat
apa-apa dari amalnya. Kecuali hanya pujian orang, dan kelak di akhirat
ia tidak akan mendapat pahala, sebagai mana friman Allah Ta'ala :
"Dan
kami periksa semua amal yang mereka kerjakan, lalu menjadikan amal itu
(bagaikan) debu yang berterbangan."(QS. Al-Furqan:23)
Waki' menceritakan dari Sufyan Ats-Tsauri, dari seseorang yang mendengar Mujahid berkata :
"Ada
seseorang yang datang kepada Nabi Saw. Dan berkata, 'Wahai Rasulullah,
sesungguhnya aku bersedekah dengan suatu sedekah, kemudian dengan
sedekah itu disamping mengharapkan keridhoan Allah Ta-ala aku juga ingin
dikatakan orang yang baik ( oleh orang lain ).' Kemudian turunlah ayat
(Qs. AL-Kahfi 110) yang artinya,
"Barang siapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan
jangan mempersekutukan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya."
Maksudnya,
barang siapa yang mengharapkan pahala dari Allah, maka hendaklah ia
mengerjakan amal saleh dengan ikhlas dan tidak mempersekutukan sesuatu
pun dalam beribadah kepada tuhannya.
Seorang bijak mengatakan, barang siapa mengerjakan tujuh hal tanpa
sibarengi dengan tujuh hal lain, maka apa yang dikerjakan itu tidak akan
bermanfaat, yaitu :
1. Seseorang yang beramal karena takut,
namun tidak memelihara diri. Ia mengatakan. "Saya takut akan siksaan
Allah, " tetapi ia tidak meninggalkan perbuatan- perbuatan dosa, maka
ucapannya itu sama sekali tidak bermanfaat bagi dirinya.
2.
Seseorang yang beramal dengan penuh harapan namun tidak berusaha. Ia
mengatakan," Saya mengharap pahala Allah," tetapi ia tidak berusaha
mencapainya dengan amal saleh, maka apa yang ia ucapkan itu tidak ada
gunanya.
3. Niat tanpa realisasi, didalam hati
ia niat untuk beribadah dan berbuat baik, namun ia tidak
merealisasikannya dengan tindakan, maka apa yang ia niatkan itu tidak
akan bermanfaat bagi dirinya.
4. Doa tanpa
kesungguhan, Ia berdoa kepada Allahagar diberi kekuatan untuk
mengerjakan perbuatan- perbuatan yang baik, namun ia tidak
bersungguh-sungguh untuk mengerjakannya, maka doanya itu tidak ada
gunanya. Yang lebih penting hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam
beramal, niscaya Allah akan memberinya kekuatan, sebagaimana Allah
berfirman
"Dan orang yang bersungguh-sungguh dalam
(mencari keridhaan) kami, niscaya kami akan memberinya petunjuk kepada
mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik." (QS.Al-Ankabut:69).
Maksudnya,
kepada orang yang bersungguh-sungguh dalam taat kepada Allah dan Agama-
Nya, niscaya Allah akan memberikan pertolongan- Nya.
5.
Mohon ampunan tanpa penyeselan. Ia mengucapkan, " Sayamohon ampun
kepada Allah,"namun ia tidak menyesali dosa-dosanya. Maka perbuatannya
itu sia-sia.
6. Dalam hal-hal yang keliatan ia
kerjakan dengan baik, namun dalam hal yang tidak diketahui orang, ia
tidak mengerjakannya dengan baik. Tindakan semacam ini tidak
mendatangkan kebaikan kepada pelakunya.
7.
Seseorang yang beramal dengan sungguh-sungguh tanpa ikhlas, maksudnya,
ia bersungguh-sungguh dalam mengerjakan ibadah, namum amal ibadah ny itu
tidak ikhlas karena Allah Ta'ala. Karenanya amal-amal yang tidak ikhlas
itu tidak akan bermanfaat apa-apa bagi dirinya, bahkan hal itu
merupakan penipuan bagi dirinya sendiri.
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan dan Nabi Saw. Bahwa beliau bersabda :
"
Pada akhir jaman akan muncul orang- orang yang dalam menghimpun dunia
seperti pemerah susu. Dalam naskah yang lain disebutkan 'Mencari dunia
dengan menjual agama. ' dalam naskah yang lain disebutkan :'mereka
menghimpun dunia kemudian berpakain seperti bulu domba. Mulut (ucapan)
mereka lebih manis dari pada gula sementara hati mereka laksana
serigala. Allah akan berfirman (kepada mereka) ,'Apakah kepada ku kamu
sekalian berani menipu atau melawan ? Maka dengam nama-Ku Aku bersumpah
akan menimpakan fitnah kepada mereka, sehingga orang orang bijaksana dan
berakal yang berada di tengah tengah mereka terheran-heran.'"
Waki meriwatkan dari Sufyan dan Habib dari Abi Shalih ia berkata :
"Ada
seseorang datang kepada Nabi Saw. Lantas berkata : 'Wahai Rasulullah,
sesungguhnya saya melakukan sesuatu amal yang saya sembunyikan, kemudian
amal itu diketahui orang, maka hal itu menimbulkan rasa bangga pada
diriku. Apakah saya akan mendapatkan pahala? Beliau bersabda,' Dalam hal
(yang seperti) itu kamu memperoleh pahala diam-diam dan pahala
terang-terangan."
Al-Faqih mengatakan, bahwa jika amal
itu diketahui dan diikuti oleh orang lain , maka ia memperoleh dua
pahala, yaitu pahala mengerjakan amal itu dan pahala diikuti oleh orang
lain, sebagaimana sabda Nabi Saw :
"
Barang siapa yang memulai pekerjaan baik, maka ia akan memperoleh pahala
atas perbuatannya itu dan pahala orang yang mengerjakannya sampai hari
kiamat . Dan barang siapa memulai suatu perbuatan yang jelek, maka ia
akan mendapatkan dosa atas perbuatannya itu dan dosa orang yang
mengerjakannya sampai hari kiamat."
Sedangkan orang yang merasa bangga jika orang lain melihat amal
perbuatannya tanpa bermaksud agar diikuti (ditiru) orang lain, maka
dikwatirkan pahala amalnya akan lenyap.
Abdullah bin Al-Mabarak meriwayatkan dari Abu Bakar bin Maryam, dari
Dhamirah, dari Habib, ia berkata bahwa Rasulullah Saw. Bersabda :
Sesungguhnya para malaikat mengangkat amal salah seorang dari
hamba-hamba Allah yang mereka anggap banyak dan suci hingga mereka
sampai ke tempat yang dikehendaki oleh Allah dan kekuasaan-Nya,
Maka
kemudian Allah berfirman kepada mereka, ' sesungguhnya kamu yang
mencatat amal hamba-Ku sedangkan Aku yang menilik apa yang ada di dalam
hatinya. Sesungguhnya hamba-Ku yang ini tidak ikhlas kepada-Ku dalam
amanya, maka tulislah ia dalam Sijjin.' Dan para malaikat naik membawa
amal salah seorang hamba yang mereka anggap sedikit dan sepele , hingga
mereka sampai ketempat yang dikehendaki oleh Allah dan kekuasaan-Nya,
maka kemudian Allah berfirman kepada mereka , ' sesungguhnya kamu yang
mencatat amal hamba-Ku sedangkan Aku yang mengawasi apa yang ada didalam
hatinya. Sesungguhnya hamba-Ku yang ini iklhas karena Aku dalam Amalnya
maka tulislah ia di dalam Illiyin."
Hadist diatas menunjukkan bahwa amal yang sedikit tapu ikhlas karena
Allah lebih baik daripada amak yang banyak tapi tidak iklhas. Sebab,
amal yang sedikit tpi ikhlas itu pahalanya akan dilipatgandakan oleh
Allah. Sebagimana firman Allah :
"Jika ada kebaikan (sebesar
zarrah) niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan pahala
yang besar dari sisi- Nya (QS. An-Nisa:40).
Al-Faqih mengatakan, sekelompok ulama dengam sanad yang berasal dari
'Uqbah bin Muslim, dari Samir Al-Ashbahi, bahwa ia masuk ke Madinah dan
disana ada seseorang yang sedang dikerumuni orang banyak , maka saya
bertanya, "Siapakah orang itu?" Mereka menjawab, " Abu Hurairah." Saya
lantas mendekatinya sementara ia sedang berbicara dengan orang.
Ketika
ia sudah selesai bicara dan suasana agak sepi, saya berkata kepadanya, "
Semoga Allah mengingatkan kamu, beritahukanlah kepada ku sebuaj hadist
yang kamu dengar dan kamu hapal dari Rasullulah Saw." Abu Hurairah
berkata, " duduklah, aku akan memberi tahukan kepada mu sebuah hadis
yang diberitahukan kepada ku oleh Rasulullah Saw. Dimana pada waktu itu
tidak ada orang lain selain aku dan beliau.: Abu Hurairah menarik nafas
panjang lantas jatuh tersungkur karena pingsan . Tidak lama kemudian ia
siuman, lalu mengusap wajahnya dan berkata, " sungguh aku akan
memberitahukan kepada mu sebuah hadist yang dieritahukan kepada ku oleh
Rasullullah Saw. Kemudian ia menarika nafas dan diam cukup lama. Setelah
sadar ia mngisap wajahnya dan berkata," Sungguh Aku akan memberitahukan
kepada mu sebuah hadist yang diberitahukan kepadaku oleh Raullullah
Saw.kemudian ia menarik nafas panjang lalu diam cukup lama . Setelah
sadar ia mengusap wajahnya dan mengatakan bahwa Rasulullah Saw. Berkata.
:
"Sesungguhnya pada hari kiamat nanti Allah yang maha pemberkah lagi
maha tinggi mengadili semua mahluk-Nya dan setiap mahluk bertekuk lutut
(dihadapan-Nya) orang yang pertama dipanggil adalah irang-orang yang
suka membaca dan memahami Alquran, seseorang yang berperang di jalab
Allah, dan seseorang yang mempunyai banyak harta. Allah Ta'ala berfirman
kepada orang pandai membaca Alquran, Bukankah Aku telah mengajarkan
kepada mu apa yang Aku turunkan kepada utusan-Ku ?" Ia menjawab ."Benar.
Wahai Tuhan ku.' Allah bertanya, ' Maka apa yang kamu kerjakan atas apa
yang kamu ketahui? ' ia menjawab." Saya mengerkakannya sepanjang siang
dan malam.' Kemudian Allah Ta-ala berfirman kepadanya. Kamu bohong.'
Malaikat pun berkata , ' kamu bohong, kamu hanya ingin dikatakan bahwa
si fulan pandai membaca Al-quran, dan yang demikian itu telah diucapkan
orang,' dan kepada orang yang mempunyai banyak harta Allah berfirman, '
Apa yang kamu lakukan dengan apa yang Aku berikan kepadamu? 'Ia
menjawab, Saya telah menyambung hubungan persaudaraan dan bersedekah
dengannya.' Kemudian Allah Ta-ala berfirman, ' Kamu bohong.' Malaikat
pun berkata,' Kamu bohong,' kamu hanya ingin dikatakan bahwa si fulan
pemurah. Dermawan, tidaj bakhil, dan hal itu telah diucapkan orang.' Dan
orang yang berperang di jalan Allah didatangkan lantas Allah bertanya
kepadanya, ' karena apa kamu berperang? Ia menjawab,' saya berperang
dijalan-Mu, hingga saya terbunuh,' Allah berfirman, ,' kamu bohong '
Malaikat pun berkata ,' kamu bohong." Kamu hanya ingin dikatakan bahwa
si fulan itu pemberani dan hal itu telah dikatakan ( kepadamu) setelah
itu rasulullah Saw. Memukul lututku dengan tangannya, lantaa bersabda, '
Wahai Abu Hurairah tiga kelompok itulah yang pertama kalu dibakar dalam
api neraka pada hari kiamat.
Abu Hurairah
berkata lagi, berita tersebut sampai kepada Mu'awiyah, kemudian ia
menangis sejadi-jadinya, dan berkata 'Allah dan Rasul-Nya benar, lantas
ia membaca ayat :
"Barang siapa yang menghendaki kehidupan
dunia dan perhiasannya, Niscaya kami berikan kepada mereka balasan
pekerjaan mereka didalam dunia dengan sempurna dan mereka didunia itu
tidak akan dirugikan. Itulah orang orang yang tidak memperoleh di
akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah
mereka usahakan didunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan."
(QS. Hud:15-16).
Abdullah bin Hanif
Al-Anthaki berkata, " apabila pada hari kiamat orang yang amalnya tidak
ikhkas menuntut pahala, maka Allah berfirman kepadanya, 'bukankah kami
sudah menyegerahkan balasanmu? Bukankah kami telah melapangkan
kedudukanmu? Buakankah dunia merupakan segala-galanya bagimu? bukankah
kami telah memberikan kesuksesan dalam bisnismu ? ' dan
pertanyaan-pertanyaan lain yang serupa."
Ditanyakan kepada salah seorang yang bijaksan," Siapakh orang yang
ikhlas itu?" Ia menjawab," Orang yang ikhlas adalah seseorang
menyembunyikan kebaikan-kebaikannya." Sebagaimana ia menyembunyikan
kejekekan-kejelekannya." Seorang bijak yang lain ditanya," Apakah tanda
ikhlas itu ? "Ia menjawab,"tidak ingin di fuji orang lain."Dzun Nun
Al-Mishri ditanya," Kapankah seseorang itu bisa diketahui bahwa ia
termasuk pilihan Allah Ta'ala?" Ia menjawab, "Ia bisa diketahui dengan
empat hal, yaitu : Apabila ia meninggalkan waktu untuk istirahat, ia
memberikan apa yang ada, ia tidak menyukai kedudukan (duniawi) yang
rendah, ia tidak terpengaruh oleh pujian dan celaan."
Diriwayatkan dari Adi bin Hatim Ath-Tha'i dari Rasulullah Saw, bahwa beliau bersabda:
"Pada
hari kiamat ada sekelo.pok orang yang disuruh masuk ke dalam surga.
Ketika mereka dekat dg surga telah mencium harumnya surga, dan melihat
istana-istananya serta apa yang dijanjikan Allah bagi penghuninya,
mereka di seru agar perpaling dari surga, karena mereka tidak berhak
(tinggal) didalamnya.
Kemudian mereka kembali dengan perasaan
menyesal dan kecewa yang tidak pernah dirasakan olh orang- orang
terdahulu dan kemudian, lalu mereka berkata," wahi Tuhan kami,
seandainya Engkau memasukkan kami ke neraka sebelum Engkau
memperlihatkan kepada kami balasan orang yang engkau janjikan kepada
kekasih-kekasih-Mu yang telah kami lihat, ( maka hal itu akan lebih baik
bagi kami).' Allah Ta'ala lantas berfirman, "Aku sengaja berbuat begitu
kepadamu karena bila kamu berada di tempat sunyi, maka kamu terang-
terangan melakukan dosa besar kepada-Ku, dan bila kamu berada
ditengah-tengah orang banyak, kamu berlagak Alim. Kamu memamerkan
amal-amal kebaikanmu kepada manusia, berbeda dengan apa yang terkandung
di dalam hatimu.kamu menganggap hebat kepada sesama manusia tetapI tidak
menganggap hebat kepada-Ku, kamu mengagungkan sesama manusia tetapi
tidak mengagungkan Aku, kamu meninggalkan (kejahatan) karena manusia dan
tidak meninggalkannya karena Aku. Maka pada hari ini Aku menyiksa kamu
dengan siksaan-Ku yang sangat pedih serta mengharamkan keagungan
balasan-Ku kepada mu."
Diriwayatkan dari Ibu Abbas r.a. Dari Rasulullah Saw. Bahwa beliau bersabda :
"Ketika
Allah menciptakan Surga Ad'n, Dia menciptakan didalamnya apa yang tidak
pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidk
pernah terlintas dalam hati manusia. Kemudian Allah berfirman
kepadanya," Berbicaralah kamu,' Maka ia mengucapkan, 'Sungguh beruntung
orang-orang yang beriman,' tiga kali, dan ia mengucapkan , 'sesungguhnya
Aku haram bagi setiap orang yang kikir, munafik,dan Riya(pamer)."
Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib r.a. Bahwa ia berkata, " Orang
yang riya itu mempunyai empat ciri, yaitu : malas beramal bila sendiri,
rajin beramal bila bersama-sama dengan orang lain, meningkatkan amalnya
bila di fuji, dan mengurangi amalnya bila di cela."
Diriwayatkan dari Syaqiq bin Ibrahim Az-Zahid, bahwa ia berkata ," Bengtengnya amal itu ada tiga macam yaitu :
1. Keyakinan bahwa amal itu dari Allah Ta'ala untuk menghilangkan ujub,'
2. Mengharapkan Ridho Allah untuk menghilangkan hawa nafsu,'
3. Mengharapkan pahala/balasan amalnya itu hanya dari Allah sehingga tidak menimbulkan tamak dan riya.
Dengan ketiga hal itu, berarti ia ikhlas dalam beramal." Yang
dimaksud dengan " amal itu dariAllah" yaitu bahwa Allah Ta-ala yang
memberikan petunjuk dan kekuatan untuk mengerjakan amal itu. Yang
dimaksud dengan "mengharap ridho Allah " yaitu sebelum beramal hendaknya
intropeksi. Apabila amal itu bukan amal yang di ridhoi Allah, maka
hendaknya jangan dikerjakan, supaya ia tidak mengerjakan amal dengan
menuruti hawa nafsu. Sedangkan yang dimaksud dengan "mengharapkan
pahala/ balasan amalnya itu hanya dari Allah" yaitu hendaknya ia beramal
ikhlas karen Allah Ta-ala semata dan tidak perduli dengan anggapan
orang, sebagaimana diriwayatkan dari sebagian orang bijak, bahwa
sebaiknya orang yang mengerjakan suatu amal mengambil contoh dari
pengembala kambing. Kenapa demikian ? Sebab pengembala kambing itu tidak
mengharapkan pujian dari kambing. Demikian juga orang yang mengerjakan
suatu amal hendaklah ia tidak memperdulikan pandangan orang terhadapnya,
sehingga ia akan bersikap sama dalam beramal.baik ada orang lain maupun
sendirian, dan ia tidak menginginkan pujian dari orang lain.
Sebagian orang bijak yang lain mengatakan bahwa amal perbuatan itu memerlukan empat hal, yaitu :
1.
Mempunyai Ilmu. Karena amal perbuatan itu tidak akan benar dan
sempurna. Jika tanpa dilandasi dengan ilmu. Amal perbuatan tanpa ilmu
akan lebih banyak salahnya dari paa benarnya.
2. Niat pada
saat memulai pekerjaan. Karena amal perbuatan itu tidak akan sah jika
tanpa niat, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:
"Sesungguhnya amal-amal perbuatan (tergantung) niatnya.dan seseorang itu akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.
3. Sabar. Sehingga ia akan bisa mengerjakan nya dengan tenang.
4. Ikhlas ketika selesai mengerjakan amal perbuatan, karena amal yang tidak ikhlas itu tidak akan diterima.
Diriwayatkan dari Haram bin Hayyan, ia berkata," seaeorang yang
dengan sepenuh hati menghadap kepada Allah , niscaya Allah akan
menhadapkan hati orang-orang yang beriman kepada nya. Sehingga Allah
akan mengaruniakan kepadanya kasih sayang mereka.
Suhail bin Shalih meriwayatkan dari ayahnya dari Abu Hurairah, dariNabi Saw. Beliau bersabda:
"Sesungguhnya
apabila Allah Ta'ala mencintai seseorang, maka Ia akan befirman kepada
Jibril," sesungguhnya aku mencintai si fulan, maka cintailah dia.
Kemudian Jibril berkata kepada penghuni langit." Sesungguhnya Tuhan mu
mencintai si Fulan, maka cintailah dia, Maka penghuni langitpun
mencintai dia, dan menerima nya itu diletakkan (disebarkan) dibumi
Dan apabila Allah memurkai seseorang, maka Ia pun bertindak seperti itu.
Diriwayatkan dari Syaqiq bin Ibrahim Az-zahid . Bahwa ada seseorang
bertanya kepadanya, "sesungguhnya orang-orang mengatkan bahwa saya ini
orang shaleh, maka bagaimana saya bisa mengetahui bahwa saya ini orang
shaleh atau bukan ?, kemudian shaqiq berkata ke padanya," pertama,
nampakkan lah sikap dan perbuatan perbuatan yang selama ini kamu
sembunyikandihadapan orang-orang shaleh, apabila mereka senang terhadap
sikap dan perbuatan itu maka itu pertanda bahwa kamu adalah orang
shaleh. Tetapi kalau mereka tidak menyukainya,maka itu pertanda kamu
bukan orang shaleh.
Kedua, tawarkan dunia kepada hatimu. Apabila hati mu menolaknya, maka itu pertanda bahwa kamu adalah orang yang sholeh.
Ketiga,
tawarkan lah kematian kepada hatimu. Apabila dirimu menginginkan
kematian berada dalam dirimu, maka mohonlah kepada Allah agar Riya tidak
masuk ke dalam amal perbuatanmu, karena riya itu akan merusak amal-amal
perbuatanmu.
Tsabit Al-Bannani meriwayatkan dari Anas bin Malik dari Nabi Saw. Beliau bersabda :
"
Tahukah kamu siapakah orang yang beriman? Para sahabat menjawab," Allah
dan Rasul nya yang lebih tahu." Beliau bersabda " yaitu orang yang
tidak mati sebelum Allah memenuhipendengarannya dengan apa yang ia
sukai. Seandainya orang itu beribadah karena taat kepada Allah Ta'ala
dalam suatu rumah yang berlapis tujuh puluh dan masng-masing rumah itu
mempunyai pintu dari besi, niscaya Allah akan memakaikan selendang
amalnya sehingga orang-orang membicarkan nya dan menambahinya." Ditanya,
wahai Rasulullah kenapa mereka menambahinya ? ' Beliau menjawab
sesungguhnya orang yang beriman itu senang apabila amalnya itu
bertambah. Kemudian beliau bersabda lagi : "Tahukah kamu siapakah orang
yang jahat itu ?'Para sahabat menjawab ' Allah dan Rasulnya lebih tahu.
Beliau bersabda,:' yaitu seseorang yang tidak mati sebelum Allah
memenuhi pendengarannya dengan apa yang ia benci. Seandainya seorang
mengerjakan suatu maksiat kepada Allah Ta'ala dalam suatu rumah yang
berlapis tujuh puluh dan masing-masing rumah itu mempunyai pintu dari
besi niscaya Allah akan memakaikan selendang amalnya sehingga
orang-orang membicarakan dan menambahi. Ditanya, wahai Rasulullah kenapa
mereka menambahi.? Beliau menjawab "sesungguhnya orang-orang yang jahat
itu senang bila kejahatannya itu bertambah.
Diriwayatkan dari Aul bin Abdullah bahwa ia berkata " Orang yang
baik itu akan selalu mengingatkan sesamanya dengan tigahal yaitu :
1. Barang siapa beramal untuk akhiratknya, maka Allah akan mencukupi urusan dunianya.
2. Barang siapa yang memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia.
3. Barang siapa memperbaiki apa yang tersembunyi, maka Allah akan memperbaiki apa yang tampak.
Hamid Al-Lafat berkata, "Apabila Allah menghendaki kehancuran seseorang, maka Allah menyiksanya dengan tiga hal, yaitu :
1. Allah memberinya ilmu. Namun ia tidak mengamalkannya.
2. Allah memberinya kesempatan bergaul dengan orang- orang shaleh , namun ia tidak mau mengerti hak-hak mereka.
3. Allah memberinya kesempatan untuk mengerjakan ibadah, namun ia tidak ikhlas dalam ibadahnya.
Al-faqih berkata, "itu semua (ketiga-tiganya ) karena niatnya buruk
dan hatinya jahat. Sebab seandai niatnya benar, niscaya Allah akan
mengatuniakannya ilmu yang bermanfaat, ikhlaa dalam beramal, dan
mengerti bagaimana menghormati orang-orang yang sholeh."
Al-Faqih menuturkan dari seseorang yang terpercaya dengan sanad dari
Jaballah Al-Yahshubi ia berkata , " ami berada dalam suatu peperangan
bersama Abdul Malik bin Marwan, kemudian kami bertemu dengan seseorang
yang suka bangun malam. Berhari-hari kami berkumpul, namun tidak
mengenal siapakah dia sebenarnya. Kemudian suatu saat kami mengetahui
bahwa dia termasuk salah seorang diantara para sahabatRasullullah Saw.
Yang bertanua, ' wahai Rasulullah, dengan perbuatan apa kita nanti bisa
selamat ?' Beliau bersabda, 'hendaknya kamu jangan menipu Allah.'ia
bertanya lagi ' bagaimana mungkin kami bisa menipu Allah? ' Beliau
bersabda,' Kamu mengerjakan sesuatu yang diperintahkan oleh Allah namun
dengan amal itu kamu menghendaki selain Allah(bukan karena Allah).
Jauhilah riya, karena riya berarti menyekutukan Allah. Pada hari kiamat
orang yang riya itu akan dipanggil di hadapan mahluk dengan empat
panggilan yaitu : 'Hai orang Kafir, hai orang jahat, hai orang yang
menipu, dan hai orang yang rugi, amalmu sesat dan pahalamu lenyap. Saat
ini kamu tidak akan mendapatkan apa-apa. Mintalah balasan amalmu kepada
orang yang dulu kamu beramal karenanya, wahai orang yang menipu. '
Jaballah berkata, Saya bertanya kepada orang itu, 'Demi Allah yang tidak
ada Tuhan kecuali Dia, apakah benar kamu mendengar hal ini dari
Rasullullah Saw.? Orang itu menjawab, ' Demi Allah yang tidak ada Tuhan
kecuali Dia, sungguh saya memdengarnya dari Rasullullah. Jika ada
sedikit kesalahan, maka hal itu tidak saya sengaja." Kemudian ia
membacakan ayat : ( yang artinya)
" sesungguhnya orang- orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka." (QS.An-Nisa:142)
Al-Faqih berkata, " barang siapa di akhirat ingin mendapatkan pahala
amalnya, maka hendaklah amal itu benar-benar ikhlas karena Allah tanpa
ada rasa Riya (pamer) dan melupakan amal itu supaya rasa ujub tidak
menghilangkan pahala amal itu, karena sebagaimana dikatakan, bahwa
menjaga ibadah itulebih sulit daripada mengerjakannya."
Abu Bakar Al-Wasithi berkata , "Menjaga ibadah itu lebih sulit
daripada mengerjakannya, karena ibadah seperti kaca yang mudah pecah dan
tidak bisa sitambal atau dipatri. Demikian juga amal, bila disentuh
riya maka akan pecah, dan bila tersentuh ujub juga akan pecah. Apabila
seseorang hendakmengerjakan suatu amal dan ia kwatir ada a
Kan
adanya riya pada dirinya, kalau bisa hendaknya ia menghilangkan riya
dalam hatinya. Namun jika hal itu tidak mungkin, maka hendaklah ia tetap
mengerjakan amal tersebut, meskipun ada perasaan riya, kemudian mohon
ampun kepada Allah atas perasaan Riya itu, dengan harapan Allah
memberikan pertolongan untuk ikhlas pada amal perbuatan berikutnya."
Dalam hal ini ada yang mengatakan dalam sebuah peribahasa, bahwa
mungkin dunia akan rusak dengan matinya orang-orang riya. Sebab,
meskipun mereka mengerjakan amal-amal kebaikan seperti mendirikan
pondok-pondok pesantren (arribath) bangunan-bangunan untuk kepentingan
umum, mesjid-mesjid dimana orang bisa mengambil manfaat darinya, karena
riya, namun barang kali ada doa kaum muslimin yang menggunakan tempat
itu. Sebagaimana diriwayatkan dari sementara ulama terdahulu, bahwa ia
membangun sebuah pondok pesantren dan ia berkata pada dirinya sendiri,"
saya tidak tahu, apakah amal saya ini ikhlas karena Allah atau tidak,
"kemudian ia mimpi didatangi oleh seseorang yang mengatakan kepadanya,
"Apabila amalmu itu bukan karena Allah, maka dengan doa orang-orang
muslim yang mendoakan kamu dan doa-doa nya itu ikhlas karena Allah, kamu
memperoleh kebahagian."
Ada seorang
berdoa di dekat Hudzaifah bin Al-Yaman, " Wahai Allah, hancurkanlah
orang-orang munafik." Kemudian Hudzaifah berkata, "Seandainya mereka
binasa, niscaya kamu tidak bisa menahan musuh-musuhmu. " Maksudnya,
karena mereka pun ikut keluar ke medan perang memerangi musuh kaum
muslimin.
Al-faqih berkata, "orang-orang
yang membicarakan pekerjaan-pekerjaan yang wajib. Sebagian diantara
mereka berpendapat bahwa riya itu tidak bisa masuk kedalampeebuatan yang
wajib, karena pekeejaan itu memang diwajibkan atas semua makhluk.
Namun, sebagian yang lain berpendapat, bahwa riya itu bisa saja masuk ke
dalam amal perbuatan yang wajib maupun amal perbuatan yang lain.
Al-Faqih berpendapat, bahwa hak itu terdiri atas dua sisi.
Pertama,
apabila seseorang mengerjakan amal perbuatan yang wajib karena riya, di
mana seandainya bukan karena riya ia tidak akan mengerjakannya. Maka ia
benar-benar orang munafik. Orang semacam itulah yang disenyalir Allah
melalui firman-Nya :
"Sesungguhnya irang-orang munafik itu ( ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. " (QS.An-Nisa: 145)
Maksudnya,
mereka akan ditempatkan dineraka Hawiyah bersama-sama dengan keluarga
Fir'aun. Sebab, seandainya tauhidnya benar mempunyai rasa ikhlas,
niscaya ia tidak akan enggan mengerjakan kewajiban-kewajibanya.
Kedua, apabila seorang mengerjakan amal perbuatan yang wajib, dimana
apabila di ketahui rang lain ia akan mengerjakannya dengan sempurna dan
jika tidak diketahui orang lain ia akan mengerjakannya dengan kurang
sempurna, maka ia tidak akan diberi pahala dari amalnya yang sempurna
yang ia kerjakan karena ada orang lain. Bahkan ia akan dimintai
pertangung jawaban atas perbuatannya yang karena orang lain tersebut dan
amalnya akan diperhitungkan sesuai dengan niatnya.[ ]
| Ln. |