Kamis, 13 Oktober 2016

IKHLAS

JILID 1 BAB  1 (SATU)

( Tanbihul Ghafilin / Nasehat bagi yang lalai )

IKHLAS

(BERSIH HATI DARI SEGALA TUJUAN SELAIN KEREDHAAN ALLAH S.W.T.)


     Al-faqih Abu Laits menuturkan dari Muhammad bin Al Fadhl bin Ahnaf, dari Muhammad bin Ja'far, AlKarabisi, dari Ibrahim bin Yusuf, dari Ismail bin Ja'far, dari Amr ( pelayan Al-Muththalib), dari Ashim, dari Muhammad bin Labid, bahwa Nabi Saw. Bersabda :
"Sesuatu yang paling aku kwatirkan atas kamu adalah syirik kecil. Para sahabat bertanya, 'Wahai Rasulullah apakah syirik kecil itu?' Beliau bersabda, 'Riya.' Allah ta'ala akan berfirman kepada mereka pada hari pembalasan, 'Pergilah kamu kepada orang- orang yang kamu pameri sewaktu di dunia, maka lihatlH apakah kamu dapat memperoleh kebaikan dari mereka."

     Al-faqih mengatakan bahwa mereka diperlakukan seperti itu karena amal mereka sewaktu di dunia hanya tipuan belaka.

Allah berfirman :

" Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka ." (QS. An-Nis:142)

     Maksudnya Allah akan membatalkan pahala amal mereka, karena amal-amal mereka tidak ikhlas. Seseorang akan memperoleh pahala apabila amal itu ikhlas hanya karena Allah. Apabila seseorang beramal karena yang lain, berarti dia menyekutukan Allah, sehingga Allah lepas tangan darinya.

    Al-faqih menuturkan dari Muhammad bin Al-Fadhl dari Muhammad bin ja'far, dari ibrahim bin Yusuf, dari Ismail, dari Amr, dari Sa'id bin Abu Sa'id Al-Maqbari, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw,bahwa beliau bersabda:
"Allah Ta'ala berfirman, Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Aku tidak membutuhkan amal yang didalamny terkandung persekutuan selain aku. Barang siapa yang mengerjakan amal perbuatan yang didalamnya terkandung persekutuan kepada selain Aku. Maka Aku lepas darinya."

     Hadist diatas mengandung petunjuk bahwa Allah ta'ala tidak Kan menerima sedikitpun amal, kecuali amal yang dikerjakan karena ikhlas kepadaNya. Apabila amala itu tidak ikhlas, maka Ia tidak akan menerimanya dan di akhirat tidak ada Pahala bagi orang yang melakukannya, bahkan tempat kembalinya adalah neraka Jahanam. Dalil yang menunjukkan hal itu adalah firman Allah :

    "Barang siapa yang menghendaki kehidupan sekarang ( duniawi) maka kami segerakan baginya didunia " (QS. Al-Isra: 18)

Maksudnya, barang siapa yang dengan amalnya. hanya mengharapkan dunia dan tidak menginginkan pahala akhirat, maka Allah akan memberikannya didunia sesuai dengan apa yang Ia kehendaki. Allah berhak untuk membinasakan orang yang seperti itu dan berhak pula memberikan kesenangan dunia kepadanya, kemudian kelak diakhirat ia akan (dimasukkan ke dalam neraka dalam keadaan hina. Akan tetapi, barang siapa menginginkan pahala di akhirat dan berusaha melakukan setiap amal dengan ikhals, maka amalnya akan diterima oleh Allah.
    Meskipun begitu, masing-masing dari dua kelompok manusia itu (baik yang beramal bukan karena Allah maupun yang beramal ikhlas karen Allah) senantiasa mendapatkan kemurahan Allah yang tidak bisa dihalangi oleh siapa pun.
Maksudnya, Allah tetap mengaruniakan rezeki-Nya kepada siapa saja, baik orang mukmin maupun orang kafir, orang baik maupun orang jahat.

     Al-faqih menuturkan dari Muhammad bin Al-fadhl, dari Muhammad bin Ja-far, dari ibrahim bin Yusuf,dari Ismail, dari Amr, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Saw, bersabda:

" Adakalanya orang yang berpuasa tidak memperoleh bagian apa-apa dari puasanya itu, kecuali lapar dan dahaga, terkadang ada orang yang mengerjakan sholat malam tidak memperoleh apa-apa dari sholat malamnya itu, kecuali bangun malam dan letih." 

Maksudnya, apabila puasa dan sholat malamnya itu dikerjakan bukan karena Allah, maka tidak ada pahala baginya. Sementara orang bijak mengumpamakan, bahwa orang yang mengerjakan ibadah karena riya (pamer kepada orang lain ) dan Sum'ah (menginginkan popularitas) adalah seperti orang yang pergi kepasar memenuhi kantongnya dengan kerikil, kemudian orang- orang berkata, Betapa penuhnya kantong orang itu," namun ia sendiri tidak bisa mengambil menfaat, kecuali hanya pujian orang. Jika ia ingin membeli sesuatu, maka kerikil itu sama sekali tidak bisa dipergunakan sebagai alat beli dan ia tidak mendapatkan apa-apa. Demikian pula orang yang beramal karena riya dan sum'ah, ia tidak akan bisa mengambil menfaat apa-apa dari amalnya. Kecuali hanya pujian orang, dan kelak di akhirat ia tidak akan mendapat pahala, sebagai mana friman Allah Ta'ala :
"Dan kami periksa semua amal yang mereka kerjakan, lalu menjadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan."(QS. Al-Furqan:23)

    Waki' menceritakan dari Sufyan Ats-Tsauri, dari seseorang yang mendengar Mujahid berkata :

"Ada seseorang yang datang kepada Nabi Saw. Dan berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku bersedekah dengan suatu sedekah, kemudian dengan sedekah itu disamping mengharapkan keridhoan Allah Ta-ala aku juga ingin dikatakan orang yang baik ( oleh orang lain ).' Kemudian turunlah ayat (Qs. AL-Kahfi 110) yang artinya, 
"Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan jangan mempersekutukan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya." 

Maksudnya, barang siapa yang mengharapkan pahala dari Allah, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dengan ikhlas dan tidak mempersekutukan sesuatu pun dalam beribadah kepada tuhannya.

     Seorang bijak mengatakan, barang siapa mengerjakan tujuh hal tanpa sibarengi dengan tujuh hal lain, maka apa yang dikerjakan itu tidak akan bermanfaat, yaitu :
1. Seseorang yang beramal karena takut, namun tidak memelihara diri. Ia mengatakan. "Saya takut akan siksaan Allah, " tetapi ia tidak meninggalkan perbuatan- perbuatan dosa, maka ucapannya itu sama sekali tidak bermanfaat bagi dirinya.

2. Seseorang yang beramal dengan penuh harapan namun tidak berusaha. Ia mengatakan," Saya mengharap pahala Allah," tetapi ia tidak berusaha mencapainya dengan amal saleh, maka apa yang ia ucapkan itu tidak ada gunanya.

3. Niat tanpa realisasi, didalam hati ia niat untuk beribadah dan berbuat baik, namun ia tidak merealisasikannya dengan tindakan, maka apa yang ia niatkan itu tidak akan bermanfaat bagi dirinya.

4. Doa tanpa kesungguhan, Ia berdoa kepada Allahagar diberi kekuatan untuk mengerjakan perbuatan- perbuatan yang baik, namun ia tidak bersungguh-sungguh untuk mengerjakannya, maka doanya itu tidak ada gunanya. Yang lebih penting hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam beramal, niscaya Allah akan memberinya kekuatan, sebagaimana Allah berfirman 
     "Dan orang yang bersungguh-sungguh dalam (mencari keridhaan) kami, niscaya kami akan memberinya petunjuk kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS.Al-Ankabut:69).

Maksudnya, kepada orang yang bersungguh-sungguh dalam taat kepada Allah dan Agama- Nya, niscaya Allah akan memberikan pertolongan- Nya.

5. Mohon ampunan tanpa penyeselan. Ia mengucapkan, " Sayamohon ampun kepada Allah,"namun ia tidak menyesali dosa-dosanya. Maka perbuatannya itu sia-sia.

6. Dalam hal-hal yang keliatan ia kerjakan dengan baik, namun dalam hal yang tidak diketahui orang, ia tidak mengerjakannya dengan baik. Tindakan semacam ini tidak mendatangkan kebaikan kepada pelakunya.

7. Seseorang yang beramal dengan sungguh-sungguh tanpa ikhlas, maksudnya, ia bersungguh-sungguh dalam mengerjakan ibadah, namum amal ibadah ny itu tidak ikhlas karena Allah Ta'ala. Karenanya amal-amal yang tidak ikhlas itu tidak akan bermanfaat apa-apa bagi dirinya, bahkan hal itu merupakan penipuan bagi dirinya sendiri.

     Abu Hurairah r.a. meriwayatkan dan Nabi Saw. Bahwa beliau bersabda :
" Pada akhir jaman akan muncul orang- orang yang dalam menghimpun dunia seperti pemerah susu. Dalam naskah yang lain disebutkan 'Mencari dunia dengan menjual agama. ' dalam naskah yang lain disebutkan :'mereka menghimpun dunia kemudian berpakain seperti bulu domba. Mulut (ucapan) mereka lebih manis dari pada gula sementara hati mereka laksana serigala. Allah akan berfirman (kepada mereka) ,'Apakah kepada ku kamu sekalian berani menipu atau melawan ? Maka dengam nama-Ku Aku bersumpah akan menimpakan fitnah kepada mereka, sehingga orang orang bijaksana dan berakal yang berada di tengah tengah mereka terheran-heran.'"

     Waki meriwatkan dari Sufyan dan Habib dari Abi Shalih ia berkata :
"Ada seseorang datang kepada Nabi Saw. Lantas berkata : 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya melakukan sesuatu amal yang saya sembunyikan, kemudian amal itu diketahui orang, maka hal itu menimbulkan rasa bangga pada diriku. Apakah saya akan mendapatkan pahala? Beliau bersabda,' Dalam hal (yang seperti) itu kamu memperoleh pahala diam-diam dan pahala terang-terangan." 
     Al-Faqih mengatakan,  bahwa jika amal itu diketahui dan diikuti oleh orang lain , maka ia memperoleh dua pahala, yaitu pahala mengerjakan amal itu dan pahala diikuti oleh orang lain, sebagaimana sabda Nabi Saw : 

    " Barang siapa yang memulai pekerjaan baik, maka ia akan memperoleh pahala atas perbuatannya itu dan pahala orang yang mengerjakannya sampai hari kiamat . Dan barang siapa memulai suatu perbuatan yang jelek, maka ia akan mendapatkan dosa atas perbuatannya itu dan dosa orang yang mengerjakannya sampai hari kiamat." 

    Sedangkan orang yang merasa bangga jika orang lain melihat amal perbuatannya tanpa bermaksud agar diikuti (ditiru) orang lain, maka dikwatirkan pahala amalnya akan lenyap.

     Abdullah bin Al-Mabarak meriwayatkan dari Abu Bakar bin Maryam, dari Dhamirah, dari Habib, ia  berkata bahwa Rasulullah Saw. Bersabda :
     Sesungguhnya para malaikat mengangkat amal salah seorang dari hamba-hamba Allah yang mereka anggap banyak dan suci hingga mereka sampai ke tempat yang dikehendaki oleh Allah dan kekuasaan-Nya, 
Maka kemudian Allah berfirman kepada mereka, ' sesungguhnya kamu yang mencatat amal hamba-Ku sedangkan Aku yang menilik apa yang ada di dalam hatinya. Sesungguhnya hamba-Ku yang ini tidak ikhlas kepada-Ku dalam amanya, maka tulislah ia dalam Sijjin.' Dan para malaikat naik membawa amal salah seorang hamba yang mereka anggap sedikit dan sepele , hingga mereka sampai ketempat yang dikehendaki oleh Allah dan kekuasaan-Nya, maka kemudian Allah berfirman kepada mereka , ' sesungguhnya kamu yang mencatat amal hamba-Ku sedangkan Aku yang mengawasi apa yang ada didalam hatinya. Sesungguhnya hamba-Ku yang ini iklhas karena Aku dalam Amalnya maka tulislah ia di dalam Illiyin." 

    Hadist diatas menunjukkan bahwa amal yang sedikit tapu ikhlas karena Allah lebih baik daripada amak yang banyak tapi tidak iklhas. Sebab, amal yang sedikit tpi ikhlas itu pahalanya akan dilipatgandakan oleh Allah. Sebagimana firman Allah :
"Jika ada kebaikan (sebesar zarrah) niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi- Nya (QS. An-Nisa:40).

    Al-Faqih mengatakan, sekelompok ulama dengam sanad yang berasal dari 'Uqbah bin Muslim, dari Samir Al-Ashbahi, bahwa ia masuk ke Madinah dan disana  ada seseorang yang sedang dikerumuni orang banyak , maka saya bertanya, "Siapakah orang itu?" Mereka menjawab, " Abu Hurairah." Saya lantas mendekatinya sementara ia sedang berbicara dengan orang.
Ketika ia sudah selesai bicara dan suasana agak sepi, saya berkata kepadanya, " Semoga Allah mengingatkan kamu, beritahukanlah kepada ku sebuaj hadist yang kamu dengar dan kamu hapal dari Rasullulah Saw." Abu Hurairah berkata, " duduklah, aku akan memberi tahukan kepada mu sebuah hadis yang diberitahukan kepada ku oleh Rasulullah Saw. Dimana pada waktu itu tidak ada orang lain selain aku dan beliau.: Abu Hurairah menarik nafas panjang lantas jatuh tersungkur karena pingsan . Tidak lama kemudian ia siuman, lalu mengusap wajahnya dan berkata, " sungguh aku akan memberitahukan kepada mu sebuah hadist yang dieritahukan kepada ku oleh Rasullullah Saw. Kemudian ia menarika nafas dan diam cukup lama. Setelah sadar ia mngisap wajahnya dan berkata," Sungguh Aku akan memberitahukan kepada mu sebuah hadist yang diberitahukan kepadaku oleh Raullullah Saw.kemudian ia menarik nafas panjang lalu diam cukup lama . Setelah sadar ia mengusap wajahnya dan mengatakan bahwa Rasulullah Saw. Berkata. :
     "Sesungguhnya pada hari kiamat nanti Allah yang maha pemberkah lagi maha tinggi mengadili semua mahluk-Nya dan setiap mahluk bertekuk lutut (dihadapan-Nya) orang yang pertama dipanggil adalah irang-orang yang suka membaca dan memahami Alquran, seseorang yang berperang di jalab Allah, dan seseorang yang mempunyai banyak harta. Allah Ta'ala berfirman kepada orang pandai membaca Alquran, Bukankah Aku telah mengajarkan kepada mu apa yang Aku turunkan kepada utusan-Ku ?" Ia menjawab ."Benar. Wahai Tuhan ku.' Allah bertanya, ' Maka apa yang kamu kerjakan atas apa yang kamu ketahui? ' ia menjawab." Saya mengerkakannya sepanjang siang dan malam.' Kemudian Allah Ta-ala berfirman kepadanya. Kamu bohong.' Malaikat pun berkata , ' kamu bohong, kamu hanya ingin dikatakan bahwa si fulan pandai membaca Al-quran, dan yang demikian itu telah diucapkan orang,' dan kepada orang yang mempunyai banyak harta Allah  berfirman, ' Apa yang kamu lakukan dengan apa yang Aku berikan kepadamu? 'Ia menjawab, Saya telah menyambung hubungan persaudaraan dan bersedekah dengannya.' Kemudian Allah Ta-ala berfirman, ' Kamu bohong.' Malaikat pun berkata,' Kamu bohong,' kamu hanya ingin dikatakan bahwa si fulan pemurah. Dermawan, tidaj bakhil, dan hal itu telah diucapkan orang.' Dan orang yang berperang di jalan Allah didatangkan lantas Allah bertanya kepadanya, ' karena apa kamu berperang? Ia menjawab,' saya berperang dijalan-Mu, hingga saya terbunuh,' Allah berfirman, ,' kamu bohong ' Malaikat pun berkata ,' kamu bohong." Kamu hanya ingin dikatakan bahwa si fulan itu pemberani dan hal itu telah dikatakan ( kepadamu) setelah itu rasulullah Saw. Memukul lututku dengan tangannya,  lantaa bersabda, ' Wahai Abu Hurairah tiga kelompok itulah yang pertama kalu dibakar dalam api neraka pada hari kiamat.

     Abu Hurairah berkata lagi, berita tersebut sampai kepada Mu'awiyah, kemudian ia menangis sejadi-jadinya, dan berkata 'Allah dan Rasul-Nya benar, lantas ia membaca ayat :
"Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, Niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka didalam dunia dengan sempurna dan mereka didunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan didunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Hud:15-16).

     Abdullah bin Hanif Al-Anthaki berkata, " apabila pada hari kiamat orang yang amalnya tidak ikhkas menuntut pahala, maka Allah berfirman kepadanya, 'bukankah kami sudah menyegerahkan balasanmu? Bukankah kami telah melapangkan kedudukanmu? Buakankah dunia merupakan segala-galanya bagimu? bukankah kami telah memberikan kesuksesan dalam bisnismu ? ' dan pertanyaan-pertanyaan lain yang serupa."

    Ditanyakan kepada salah seorang yang bijaksan," Siapakh orang yang ikhlas itu?" Ia menjawab," Orang yang ikhlas adalah seseorang menyembunyikan kebaikan-kebaikannya." Sebagaimana ia menyembunyikan kejekekan-kejelekannya." Seorang bijak yang lain ditanya," Apakah tanda ikhlas itu ? "Ia menjawab,"tidak ingin di fuji orang lain."Dzun Nun Al-Mishri ditanya," Kapankah seseorang itu bisa diketahui bahwa ia termasuk pilihan Allah Ta'ala?" Ia menjawab, "Ia bisa diketahui dengan empat hal, yaitu : Apabila ia meninggalkan waktu untuk istirahat, ia memberikan apa yang ada, ia tidak menyukai kedudukan (duniawi) yang rendah, ia tidak terpengaruh oleh pujian dan celaan."

    Diriwayatkan dari Adi bin Hatim Ath-Tha'i dari Rasulullah Saw, bahwa beliau bersabda:
"Pada hari kiamat ada sekelo.pok orang yang disuruh masuk ke dalam surga. Ketika mereka dekat dg surga telah mencium harumnya surga, dan melihat istana-istananya serta apa yang dijanjikan Allah bagi penghuninya, mereka di seru agar perpaling dari surga, karena mereka tidak berhak (tinggal) didalamnya.
Kemudian mereka kembali dengan perasaan menyesal dan kecewa yang tidak pernah dirasakan olh orang- orang terdahulu dan kemudian, lalu mereka berkata," wahi Tuhan kami, seandainya Engkau memasukkan kami ke neraka sebelum Engkau memperlihatkan kepada kami balasan orang yang engkau janjikan kepada kekasih-kekasih-Mu yang telah kami lihat, ( maka hal itu akan lebih baik bagi kami).' Allah Ta'ala lantas berfirman, "Aku sengaja berbuat begitu kepadamu karena bila kamu berada di tempat sunyi, maka kamu terang- terangan melakukan dosa besar kepada-Ku, dan bila kamu berada ditengah-tengah orang banyak, kamu berlagak Alim. Kamu memamerkan amal-amal kebaikanmu kepada manusia, berbeda dengan apa yang terkandung di dalam hatimu.kamu menganggap hebat kepada sesama manusia tetapI tidak menganggap hebat kepada-Ku, kamu mengagungkan sesama manusia tetapi tidak mengagungkan Aku, kamu meninggalkan (kejahatan) karena manusia dan tidak meninggalkannya karena Aku. Maka pada hari ini Aku menyiksa kamu dengan siksaan-Ku yang sangat pedih serta mengharamkan keagungan balasan-Ku kepada mu."

    Diriwayatkan dari Ibu Abbas r.a. Dari Rasulullah Saw. Bahwa beliau bersabda :
"Ketika Allah menciptakan Surga Ad'n, Dia menciptakan didalamnya apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidk pernah terlintas dalam hati manusia. Kemudian Allah berfirman kepadanya," Berbicaralah kamu,' Maka ia mengucapkan, 'Sungguh beruntung orang-orang yang beriman,' tiga kali, dan ia mengucapkan , 'sesungguhnya Aku haram bagi setiap orang yang kikir, munafik,dan Riya(pamer)."

     Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib r.a. Bahwa ia berkata, " Orang yang riya itu mempunyai empat ciri, yaitu : malas beramal bila sendiri, rajin beramal bila bersama-sama dengan orang lain, meningkatkan amalnya bila di fuji, dan mengurangi amalnya bila di cela."

     Diriwayatkan dari Syaqiq bin Ibrahim Az-Zahid, bahwa ia berkata ," Bengtengnya amal itu ada tiga macam yaitu :
1. Keyakinan bahwa amal itu dari Allah Ta'ala untuk menghilangkan ujub,'
2. Mengharapkan Ridho Allah untuk menghilangkan hawa nafsu,'
3. Mengharapkan pahala/balasan amalnya itu hanya dari Allah sehingga tidak menimbulkan tamak dan riya.

     Dengan ketiga hal itu, berarti ia ikhlas dalam beramal." Yang dimaksud dengan " amal itu dariAllah" yaitu bahwa Allah Ta-ala yang memberikan petunjuk dan kekuatan untuk mengerjakan amal itu. Yang dimaksud dengan "mengharap ridho Allah " yaitu sebelum beramal hendaknya intropeksi. Apabila amal itu bukan amal yang di ridhoi Allah, maka hendaknya jangan dikerjakan, supaya ia tidak mengerjakan amal dengan menuruti hawa nafsu. Sedangkan yang dimaksud dengan "mengharapkan pahala/ balasan amalnya itu hanya dari Allah" yaitu hendaknya ia beramal ikhlas karen Allah Ta-ala semata dan tidak perduli dengan anggapan orang, sebagaimana diriwayatkan dari sebagian orang bijak, bahwa sebaiknya orang yang mengerjakan suatu amal mengambil contoh dari pengembala kambing. Kenapa demikian ? Sebab pengembala kambing itu tidak mengharapkan pujian dari kambing. Demikian juga orang yang mengerjakan suatu amal hendaklah ia tidak memperdulikan pandangan orang terhadapnya, sehingga ia akan bersikap sama dalam beramal.baik ada orang lain maupun sendirian, dan ia tidak menginginkan pujian dari orang lain.

     Sebagian orang bijak yang lain mengatakan bahwa amal perbuatan itu memerlukan empat hal, yaitu : 
1. Mempunyai Ilmu. Karena amal perbuatan itu tidak akan benar dan sempurna. Jika tanpa dilandasi dengan ilmu. Amal perbuatan tanpa ilmu akan lebih banyak salahnya dari paa benarnya.
2. Niat pada saat memulai pekerjaan. Karena amal perbuatan itu tidak akan sah jika tanpa niat, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:
"Sesungguhnya amal-amal perbuatan (tergantung) niatnya.dan seseorang itu akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.
3. Sabar. Sehingga ia akan bisa mengerjakan nya dengan tenang.
4. Ikhlas ketika selesai mengerjakan amal perbuatan, karena amal yang tidak ikhlas itu tidak akan diterima.

    Diriwayatkan dari Haram bin Hayyan, ia berkata," seaeorang yang dengan sepenuh hati menghadap kepada Allah , niscaya Allah akan menhadapkan hati orang-orang yang beriman kepada nya. Sehingga Allah akan mengaruniakan kepadanya kasih sayang mereka.

     Suhail bin Shalih meriwayatkan dari ayahnya dari Abu Hurairah, dariNabi Saw. Beliau bersabda:
"Sesungguhnya apabila Allah Ta'ala mencintai seseorang, maka Ia akan befirman kepada Jibril," sesungguhnya aku mencintai si fulan, maka cintailah dia. Kemudian Jibril berkata kepada penghuni langit." Sesungguhnya Tuhan mu mencintai si Fulan, maka cintailah dia, Maka penghuni langitpun mencintai dia, dan menerima nya itu diletakkan (disebarkan) dibumi
Dan apabila Allah memurkai seseorang, maka Ia pun bertindak seperti itu.

     Diriwayatkan dari Syaqiq bin Ibrahim Az-zahid . Bahwa ada seseorang bertanya kepadanya, "sesungguhnya orang-orang mengatkan bahwa saya ini orang shaleh, maka bagaimana saya bisa mengetahui bahwa saya ini orang shaleh atau bukan ?, kemudian shaqiq berkata ke padanya," pertama, nampakkan lah sikap dan perbuatan perbuatan yang selama ini kamu sembunyikandihadapan orang-orang shaleh, apabila mereka senang terhadap sikap dan perbuatan itu maka itu pertanda bahwa kamu adalah orang shaleh. Tetapi kalau mereka tidak menyukainya,maka itu pertanda kamu bukan orang shaleh.

Kedua, tawarkan dunia kepada hatimu. Apabila hati mu menolaknya, maka itu pertanda bahwa kamu adalah orang yang sholeh.

Ketiga, tawarkan lah kematian kepada hatimu. Apabila dirimu menginginkan kematian berada dalam dirimu, maka mohonlah kepada Allah agar Riya tidak masuk ke dalam amal perbuatanmu, karena riya itu akan merusak amal-amal perbuatanmu.

     Tsabit Al-Bannani meriwayatkan dari Anas bin Malik dari Nabi Saw. Beliau bersabda :
" Tahukah kamu siapakah orang yang beriman? Para sahabat menjawab," Allah dan Rasul nya yang lebih tahu." Beliau bersabda " yaitu orang yang tidak mati sebelum Allah memenuhipendengarannya dengan apa yang ia sukai. Seandainya orang itu beribadah karena taat kepada Allah Ta'ala dalam suatu rumah yang berlapis tujuh puluh dan masng-masing rumah itu mempunyai pintu dari besi, niscaya Allah akan memakaikan selendang amalnya sehingga orang-orang membicarkan nya dan menambahinya." Ditanya, wahai Rasulullah kenapa mereka menambahinya ? ' Beliau menjawab sesungguhnya orang yang beriman itu senang apabila amalnya itu bertambah. Kemudian beliau bersabda lagi : "Tahukah kamu siapakah orang yang jahat itu ?'Para sahabat menjawab ' Allah dan Rasulnya lebih tahu. Beliau bersabda,:' yaitu seseorang yang tidak mati sebelum Allah memenuhi pendengarannya dengan apa yang ia benci. Seandainya seorang mengerjakan suatu maksiat kepada Allah Ta'ala dalam suatu rumah yang berlapis tujuh puluh dan masing-masing rumah itu mempunyai pintu dari besi niscaya Allah akan memakaikan selendang amalnya sehingga orang-orang membicarakan dan menambahi. Ditanya, wahai Rasulullah kenapa mereka menambahi.? Beliau menjawab "sesungguhnya orang-orang yang jahat itu senang bila kejahatannya itu bertambah.
     
     Diriwayatkan dari Aul bin Abdullah bahwa ia berkata " Orang yang baik itu akan selalu mengingatkan sesamanya dengan tigahal yaitu :
1. Barang siapa beramal untuk akhiratknya, maka Allah akan mencukupi urusan dunianya.
2. Barang siapa yang memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia.
3. Barang siapa memperbaiki apa yang tersembunyi, maka Allah akan memperbaiki apa yang tampak.

     Hamid Al-Lafat berkata, "Apabila Allah menghendaki kehancuran seseorang, maka Allah menyiksanya dengan tiga hal, yaitu :
1. Allah memberinya ilmu. Namun ia tidak mengamalkannya.
2. Allah memberinya kesempatan bergaul dengan orang- orang shaleh , namun ia tidak mau mengerti hak-hak mereka.
3. Allah memberinya kesempatan untuk mengerjakan ibadah, namun ia tidak ikhlas dalam ibadahnya.

    Al-faqih berkata, "itu semua (ketiga-tiganya ) karena niatnya buruk dan hatinya jahat. Sebab  seandai niatnya benar, niscaya Allah akan mengatuniakannya ilmu yang bermanfaat, ikhlaa dalam beramal, dan mengerti bagaimana menghormati orang-orang yang sholeh."

     Al-Faqih menuturkan dari seseorang yang terpercaya dengan sanad dari Jaballah Al-Yahshubi ia berkata , " ami berada dalam suatu peperangan bersama Abdul Malik bin Marwan, kemudian kami bertemu dengan seseorang yang suka bangun malam. Berhari-hari kami berkumpul, namun tidak mengenal siapakah dia sebenarnya. Kemudian suatu saat kami mengetahui bahwa dia termasuk salah seorang diantara para sahabatRasullullah Saw. Yang bertanua, ' wahai Rasulullah, dengan perbuatan apa kita nanti bisa selamat ?' Beliau bersabda, 'hendaknya kamu jangan menipu Allah.'ia bertanya lagi ' bagaimana mungkin kami bisa menipu Allah? ' Beliau bersabda,' Kamu mengerjakan sesuatu yang diperintahkan oleh Allah namun dengan amal itu kamu menghendaki selain Allah(bukan karena Allah). Jauhilah riya, karena riya berarti menyekutukan Allah. Pada hari kiamat orang yang riya itu akan dipanggil di hadapan mahluk dengan empat panggilan yaitu : 'Hai orang Kafir, hai orang jahat, hai orang yang menipu, dan hai orang yang rugi, amalmu sesat dan pahalamu lenyap. Saat ini kamu tidak akan mendapatkan apa-apa. Mintalah balasan amalmu kepada orang yang dulu kamu beramal karenanya, wahai orang yang menipu. ' Jaballah berkata, Saya bertanya kepada orang itu, 'Demi Allah yang tidak ada Tuhan kecuali Dia, apakah benar kamu mendengar hal ini dari Rasullullah Saw.? Orang itu menjawab, ' Demi Allah yang tidak ada Tuhan kecuali Dia, sungguh saya memdengarnya dari Rasullullah. Jika ada sedikit kesalahan, maka hal itu tidak saya sengaja." Kemudian ia membacakan ayat : ( yang artinya)
" sesungguhnya orang- orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka." (QS.An-Nisa:142)

     Al-Faqih berkata, " barang siapa di akhirat ingin mendapatkan pahala amalnya, maka hendaklah amal itu benar-benar ikhlas karena Allah tanpa ada rasa Riya (pamer) dan melupakan amal itu supaya rasa ujub tidak menghilangkan pahala amal itu, karena sebagaimana dikatakan, bahwa menjaga ibadah itulebih sulit daripada mengerjakannya."

     Abu Bakar Al-Wasithi berkata , "Menjaga ibadah itu lebih sulit daripada mengerjakannya, karena ibadah seperti kaca yang mudah pecah dan tidak bisa sitambal atau dipatri. Demikian juga amal, bila disentuh riya maka akan pecah, dan bila tersentuh ujub juga akan pecah. Apabila seseorang hendakmengerjakan suatu amal dan ia kwatir ada a
Kan adanya riya pada dirinya, kalau bisa hendaknya ia menghilangkan riya dalam hatinya. Namun jika hal itu tidak mungkin, maka hendaklah ia tetap mengerjakan amal tersebut, meskipun ada perasaan riya, kemudian mohon ampun kepada Allah atas perasaan Riya itu, dengan harapan Allah memberikan pertolongan untuk ikhlas pada amal perbuatan berikutnya."

     Dalam hal ini ada yang mengatakan dalam sebuah peribahasa, bahwa mungkin dunia akan rusak dengan matinya orang-orang riya. Sebab, meskipun mereka mengerjakan amal-amal kebaikan seperti mendirikan pondok-pondok pesantren (arribath) bangunan-bangunan untuk kepentingan umum, mesjid-mesjid dimana orang bisa mengambil manfaat darinya, karena riya, namun barang kali ada doa kaum muslimin yang menggunakan tempat itu. Sebagaimana diriwayatkan dari sementara ulama terdahulu, bahwa ia membangun sebuah pondok pesantren dan ia berkata pada dirinya sendiri," saya tidak tahu, apakah amal saya ini ikhlas karena Allah atau tidak, "kemudian ia mimpi didatangi oleh seseorang yang mengatakan kepadanya, "Apabila amalmu itu bukan karena Allah, maka dengan doa orang-orang muslim yang mendoakan kamu dan doa-doa nya itu ikhlas karena Allah, kamu memperoleh kebahagian." 

     Ada seorang berdoa di dekat Hudzaifah bin Al-Yaman, " Wahai Allah, hancurkanlah orang-orang munafik." Kemudian Hudzaifah berkata, "Seandainya mereka binasa, niscaya kamu tidak bisa menahan musuh-musuhmu. " Maksudnya, karena mereka pun ikut keluar ke medan perang memerangi musuh kaum muslimin.

     Al-faqih berkata, "orang-orang yang membicarakan pekerjaan-pekerjaan yang wajib. Sebagian diantara mereka berpendapat bahwa riya itu tidak bisa masuk kedalampeebuatan yang wajib, karena pekeejaan itu memang diwajibkan atas semua makhluk. Namun, sebagian yang lain berpendapat, bahwa riya itu bisa saja masuk ke dalam amal perbuatan yang wajib maupun amal perbuatan yang lain.

     Al-Faqih berpendapat, bahwa hak itu terdiri atas dua sisi.
Pertama, apabila seseorang mengerjakan amal perbuatan yang wajib karena riya, di mana seandainya bukan karena riya ia tidak akan mengerjakannya. Maka ia benar-benar orang munafik. Orang semacam itulah yang disenyalir Allah melalui firman-Nya :
"Sesungguhnya irang-orang munafik itu ( ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. " (QS.An-Nisa: 145)

Maksudnya, mereka akan ditempatkan dineraka Hawiyah bersama-sama dengan keluarga Fir'aun. Sebab, seandainya tauhidnya benar mempunyai rasa ikhlas, niscaya ia tidak akan enggan mengerjakan kewajiban-kewajibanya.

     Kedua, apabila seorang mengerjakan amal perbuatan yang wajib, dimana apabila di ketahui rang lain ia akan mengerjakannya dengan sempurna dan jika tidak diketahui orang lain ia akan mengerjakannya dengan kurang sempurna, maka ia tidak akan diberi pahala dari amalnya yang sempurna yang ia kerjakan karena ada orang lain. Bahkan ia akan dimintai pertangung jawaban atas perbuatannya yang karena orang lain tersebut dan amalnya akan diperhitungkan sesuai dengan niatnya.[ ]


    2 komentar: